20 September 2009

"Show Force" Pengemis di hari Idul Fitri

Diceritakan oleh Lely

Pas hari H Idul Fitri 1430 H yang bertepatan pada tanggal 20 September 2009 di rumah saya kedatangan beberapa kali "rombongan" pengemis. Rombongan tamu di luar pagar ini silih berganti dengan tamu yang sengaja bersilaturahim ke rumah saya dalam rangka halal bi halal. Fenomena ini cukup membuat anggota keluarga tidak berkonsentrasi menyambut tamu. Mengapa tidak? Belum sempat menyilakan tamu masuk, di pintu depan sudah didahului rombongan pengemis antara 5 - 10 orang (kecil dan dewasa)seolah menghadang di pintu gerbang rumah. Sementara itu, tamu yang akan masuk ke rumah juga berjumlah seimbang (kecil dan dewasa).

Rombongan pengemis pertama saya beri seribuan per orang. Rombongan berikutnya, saya mulai berpikir, kalau juga diberi seribuan per orang persediaan uang recehan pasti akan cepat habis. Padahal, uang pecahan seribuan tersebut dipersiapkan untuk tamu anak-anak tetangga yang juga pasti datang yang waktunya hampir bersamaan. Jumlahnya pun tidak sedikit, mencapai 80-an anak. Dan hal ini sudah menjadi tradisi bagi keluarga saya bertahun-tahun. Oleh karena itu, atas saran ayah, rombongan pengemis berikutnya saya beri uang secara "borongan", tidak saya beri berdasarkan jumlah angota rombongan pengemis yang datang. Jadi, berapa pun yang datang, akan saya beri tiga ribu rupiah untuk dibagi sendiri oleh rombongan pengemis tersebut. Dengan cara demikian, uang yang memang sejak awal dipersiapkan untuk tamu anak-anak spesial halal bi halal dapat mencukupinya walaupun kuota setiap anak akhirnya terkurangi. Yang mestinya lima-ribuan per anak menjadi tiga ribuan (untuk anak balita), yang mestinya sepuluh-ribuan menjadi tujuh-ribuan (untuk anak setingkat SD dan SMP), yang mestinya dua-puluh-ribuan menjadi lima-belas-ribuan (untuk anak setingkat SMA).

Pada Idul Fitri tahun yang lalu, fenomena rombongan pengemeis yang seolah "show Force" ini tidak ada. Yang ada hanyalah secara mandiri.Paling banter dengan menggendong/mengajak seorang anak atau dengan suami/istri. Saya curiga, fenomena ini rupanya sudah menjadi proram jitu bagi orang-orang yang sengaja memanfaatkan momentum "Hari Sedekah" ini. Sebab, setiap keluarga pasti menyiapkan uang recehan untuk "sangu" bagi tamu anak-anak dalam acara open house halal bi halal.

Wasiat dari K.H. Kahfi Amin (Singosari) bagi Keluarga Masnur Muslich

Diceritakan oleh Masnur Muslich

K.H. Kahfi Amin adalah sosok Kyai Khos asal Singosari yang juga seorang Hafidz (penghapal Al-Quran). Beliau adalah Ayah dari Afidah Hayati, istri Masnur Muslich. Sebagai kegiatan rutinnya, beliau hampir setiap hari mengkhatamkan Al-Quran dengan cara membaca cepat "di luar kepada" (hapalan). Bahkan, ketika sakit parah pun beliau masih sanggup mengkhatamkan Al-Quran dalam waktu tiga hari.

Suatu ketika, kami, Masnur Muslich (menantu)dan Afidah Hayati (anak), bersilaturahim ke Ayahanda K.H. Kahfi Amin di rumah Singosari. Beliau mewasiatkan kepada kami sebagai berikut. "Setiap akhir wirid shalat fardu dan sebelum doa harap membaca Surat Al-Ikhlash sebanyak 11 kali. Insyaalah apa yang kamu inginkan, terutama urusan duniawi, akan dikabulkan oleh Allah. Percayalah, sebab amalan ini sudah puluhan tahun saya amalkan, dan terbukti."

Atas nasihat tersebut, mulai saat itu kami dan istri terus mengamalkannya sampai sekarang. Bahkan, anak-anak kami pun saya suruh mengamalkannya. Apalagi, saran/nasihat ayahanda K.H. Kahfi tersebut saya anggap sebagai wasiat. Sebab, selang beberapa waktu setelah nasihat tersebut kami terima, beliau dipanggil Allah alias wafat.

Semoga informasi ini dapat mengandung hikmah bagi yang membacanya. Amin

Keluarga Masnur Muslich Berniat mengkhatamkan Al-Quran Setiap Bulan setelah Idul Fitri 1430 H

Sebagai upaya peningkatan ibadah kepada Allah SWT, setelah Idul Fitri 1430 H ini keluarga Masnur Muslich sepakat merencanakan amalan berupa pengkhataman Al-Quran minimal satu kali setiap bulan. Caranya, disiapkan Al-Quran yang dikemas per juz (sebanyak 30 juz). Setiap anggota keluarga berturut-turut membawa per juz Al-Quran dan membacanya sampai tuntas di sela-sela kesibukannya kapan dan di mana saja. Begitu seterusnya sampai juz-juz yang tersisa terbaca semuanya. Kalau semuanya (30 juz)sudah terbaca, barulah diadakan doa Khotmil Quran yang dipimpin oleh Masnur Muslich sebagai kepala keluarga.

Upaya ini dilatarbelakangi oleh kenyataan sebagai berikut. Selama ini setiap angota keluarga kurang ada kepedulian terhadap membaca Al-Quran secara periodik. Akibatnya, jarang yang dapat mengkhatamkan Al-Quran setiap tahunnya. Padalah, telah diyakini oleh Keluarga Masnur Muslich bahwa hanya dengan membaca Al-Quran-lah yang dapat mencerahkan kehidupan rumah tangga, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, "Hiasilah rumahmu dengan (membaca) Al-Quran. Dengan cara "membaca Al-Quran rame-rame" tersebut, dalam setahun insyaallah keluarga Masnur Muslich dapat mengkhatamkan Al-Quran minimal 12 kali.

Selain pertimbangan tersebut, dengan membaca Al-Quran secara ikhlas, insyaallah Allah akan memberikan barokahnya dalam kehidupan keluarga Masnur Muslich. Lewat membaca Al-Quran, hati akan menjadi tenang, pikiran menjadi terang dan cerah, dijauhkan dari kesulitan hidup, kesehatan akan terjaga, dan semua langkah akan mendapatkan petunjuk-Nya.

Semoga Allah meridlai rencana ini. Amin

Hari Fitri yang Penuh Maaf

Pada hari Minggu, 20 September 2009, bertepatan hari raya Idul Fitri 1430 H. Setelah shalat Id, masing-masing anggota keluarga saling bermaafan sambil menceritakan kesalahan-keslahan yang pernah dilakukan, dan berikrar untuk tidak mengulanginya. Inilah sebagian profilnya.


Ayah Masnur Muslich dan Ibu Afidah Hayati sedang berpose setelah berjabat tangan saling bermaafan. SSt, sebelumnya, Ayah dan Ibu saling mencium di depan putrinya. He, he.


Ibu Afidah Hayati dan Lely sedang berpose di depan kakak-kakaknya. "Wah, kok tambah gendut nih, ye?" Goda kakak-kakaknya.


Vanti dan Lely saling bersalaman dan saling memaafkan. Padahal, sehari-hari sering berantem hanya persoalan sepele. Hanya ingin dulu mandi pagi.


Nia, Vanti, Lely sedang adu gemuk. Ayo, dari ketiganya, siapa yang paling gendut?


Nia, Kayla, dan Agung (suami Nia) sedang berpose di hadapan adik-adiknya.


Tidak mau kalah, Kayla juga ingin mejeng di depan tante-tantenya.


Keluarga Masnur Muslich sedang bermaafan dengan tamu tetangga sebelah yang bertandang ke rumah.


Para tamu sedang berdesakan dan antre memasuki ruang tamu rumah Masnur Muslich

Anggota Keluarga Masnur Muslich

Berikut ini sosok anggota keluarga Masnur Muslich

1. Masnur Muslich (ayah)

Masnur Muslich menjadi tenaga edukatif (dosen) di Universitas Negeri Malang (dahulu IKIP Malang)sejak tahun 1980 sampai sejakarang. Selain mengurusi yayasan milknya (Yayasan Asih Asah Asuh) yan bergerak dalam bidang penerbitan buku dan pelatihan penulisan buku, ia mengembangkan hobinya menulis buku. Sampai akhir September 2009 buku yang diterbitkan sudah mencapai 74 judul.

2. Afidah Hayati (ibu)

Afidah Hayati menjadi ibu rumah tangga sejak tahun 1983. Selain sibuk dengan kegiatan rumah, dia juga berwira swasta. "Hanya sekadar menghilangkan penat karena sibuk mengurus anak-anak," katanya.

3. Yusmaniar Afifah Nur (Nia)

Nia yang lulusan Diploma Bahasa Inggris Unibram dan protolan jurusan komunikasi Unmuh Malang ini memilih jalur di bidang wira usaha lewat butique-nya yang khusus menyediakan busana wanita lewat toko "Fashion Avenue" di daerah Jalan Galunggung Malang. Dia rupanya sudah merasa eksis di bidang kegiatan "bebas waktu" ini. "Yang penting dapat uang, dan dapat membelikan baju Ayah dan Ibu," katanya.

4. Avanti Roslina Nur (Vanti)

Vanti yang lulusan Poltekkes Malang jurusan Kebidanan ini sekarang lagi sibuk memilih job yang dianggap cocok untuknya. Sebagai PNS atau praktik mandiri sebagai bidan.

5. Laily Rahmadani Nur (Lely)

Lely yang sekarang ini (2009) duduk di kelas 3 IPA SMA Negeri 1 Malang bercita-cita melanjutkan kuliah di STAN atau Perawat. Dia sebenarnya suka mengembangkan hobi menulis tetapi dalam tahap perintisan. "Niru, ayah," katanya.

6. Kayla Yusrizarani Fadhilah Nur (Kayla)

Kayla yang saat ini masih duduk di TK Cendekia Agung kelas B, menjadi sasaran "tembak" kakak-kakaknya. Mereka tidak lega kalau Kayla tidak menangis akibat digoda terus.

7. Ayumi Queena Nur Brahmandari (Queena)

Queena yang belum usia sebulan ini (lahir 29 Oktober 2009) menjadi perhatian khusus bagi anggota keluarga. Betapa tidak? Semua bergantan menggendongnya, walaupun dalam keadaan tidur.

Kesepakatan Membuat Blog Keluarga

Bertepatan dengan Idul Fitri 1430 H atau 20 September 2009, semua anggota keluarga Masnur Muslich berkumpul di rumah induk (Jalan Ciliwung II/21, Malang: Masnur Muslich (ayah), Afidah Hayati (ibu), dan anak-anak: Yusmaniar Afifah Nur (Nia), Avanti Roslina Nur (Vanti), Laily Rahmadani Nur(Lely), dan si imut Kayla. Setelah acara saling minta maaf selesai, ada keinginan untuk membuat blog keluarga. Lewat blog ini akan dapat terabadkan berbagai kegiatan keluarga sehingga dapat dipakai sebagai memori keluarga yang tida mudah terlupakan. Siapa tahu, dengan blog ini juga dapat dipakai sebagai refleksi keluarga untuk menyongsong kehidupan yang lebih cerah sesuai dengan visi dan misi yang telah disepakati keluarga.

Dalam praktiknya, blog ini dapat diisi oleh semua anggota keluarga Masnur Muslich tentang apa saja yang dilakukan, apa saja yang dipikirkan, apa saja yang dikeluhkan, dan apa saja yang perlu diabadikan.

Sekiranya blog ini dikunjungi oleh pihak lain, silakan memberikan komentar, saran, dan ide apa saja terkait dengan isi blog ini atau bahkan terkait dengan dengan (anggota) keluarga Masnur Muslich. Kami terbuka untuk semuanya.

Salam hangat dari keluarga Masnur Muslich.